--> Skip to main content
×

MA Sentot Berjuang Bersama Pasukan Setan

Iring-iringan tentara belanda pada bulan november 1947 melewati Jembatan Bangkir Indramayu tiba-tiba terkapar disebabkan dihantam bom dan dihujani brondongan peluru dari arah yang tak diketahui datangnya.
Sebanyak 40 prajurit Belanda mati dalam peristiwa itu.
MA Sentot Berjuang Bersama Pasukan Setan sebagai komandan TRI dari Divisi Siliwangi dalang dibalik peristiwa itu.
Setelah kejadian peristiwa pembunuhan Pasukan Belanda yang sedang melakukan Agrisi Militer I itu, nyawa MA Sentot dihargai tinggi oleh pasukan belanda, beliau dikejar-kejar dan diburu prajurit Belanda, bahkan Belanda bersedia membayar tinggi bagi seorang yang memberi info keberadaan MA Sentot.
Bukanlah Pasukan Setan namanya kalau mudah ditemukan prajurit Belanda.
Dikenal pandai kalau menyamar, dan tak terduga-duga kalau melakukan serangan, sebab itulah MA sentot menamai pasukannya dengan nama pasukan Setan.

Pada tahun 1948 TRI Divisi Siliwangi Hijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena akibat dari perjanjian Renville antara Pemerintah Belanda dengan Indonesia.
Demikian juga dengan MA Sentot, dari Indramayu beliau memimpin pasukannya hijrah menuju ke Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, Karena itu TRI Divisi Siliwangi yang sebelumnya berkumpul di Jawa Tengah, kemudian kembali lagi ke Jawa Barat.

Dalam sejarah, peristiwa kembalinya tentara Jawa barat dari Jawa Tengah menuju Jawa Barat ini disebut longmarch Siliwangi.
Ternyata, saat Tentara Divisi Siliwangi memasuki Jawa Barat, kemudian berpencar sesuai tujuannya masing-masing.

Dalam kepulanganya ke Indramayu, MA Sentot malah selanjutnya berhadapan dengan pemberontak DII/TII.
MA Sentot diincar oleh milisi DII/TII.
Ketika berjalan bersama anak buahnya, tiba-tiba terdengar letusan senjata yang sangat keras, tembakan itu ditujukan kepada pasukan MA Sentot.
MA Sentot memerintahkan pasukannya untuk maju, Karena rentetan tembakan tersebut terus menerus ditembakan, pasukan MA Sentot pada umumnya Shock dan hanya bisa tiarap sambil sesekali membalas tembakan-tembakan ngawur ke arah bunyi rentetan tembakan musuh.
Saat itu MA Sentot tidak sempat tiarap.
Dalam pertempuran ini MA Sentot dikisahkan kebal peluru, bahkan peluru yang dibrondongkan kebadannya itu mental jatuh berguguran ke tanah.


Kisah mengenai kebal pelurunya MA Sentot tersebut dikisahkan oleh salah satu anak buahnya yang bernama Bapak Kaswinah.
Bahkan katanya Ia melihat dengan mata kepala sendiri.
Katanya : “Kalau perang, Pak Sentot di tengah-tengah, Kasih arahan maju (sisi) kanan, maju (sisi) kiri udah kayak main (sepak) bola aja. Kalau (MA Sentot) kena tembak enggak apa-apa. Kalau diberondong (senapan mesin ringan) Bren, malah pada jatuh pelurunya,” Kenang Kaswinah.

“Sementara kita anak buah yang lain tiarap, dia mah berdiri terus. Perintah maju sini, maju sana, kayak orang ngangon bebek. Boro-boro ditembak dari jauh, ditembak dekat dari jendela pakai Brem sama DI (Maksudnya DII/TII) aja enggak apa-apa. Pelurunya pada ngampar di bawah dan cuma diketawain aja sama Pak Sentot,” Begitu penuturan pak Kaswinah.
Demikianlah mengenai kisah MA Sentot Pahlawan Kemerdekaan yang diburu Belanda dan di Incar DII/TII.
Jasa perjuangannya untuk kemerdekaan sungguh luar biasa.
Adapun Biografi serta perjalanan hidupnya sebagi seorang TRI atau TNI akan dipaparkan sebagai berikut:
M.A Sentot lahir pada 17 Agustus 1925 di Blok Lapangan Bola Desa Plumbon Kabupaten Indramayu, beliau lahir dari pasangan Haji Abdul Kahar dan Hajah Fatimah.
Karena M.A Sentot berlatar belakang sebagai keluarga yang mampu secara financial iapun mengenyam pendidikan.
Ia tercatatat pernah bersekolah di HIS Indramayu.

Pada jaman penjajahan Jepang ia masuk PETA mengikuti pendidikan Shodantjo dan selepas itu menjadi Shodantjo di Daidan Majalengka dan Indramayu.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan M.A Sentot masuk BKR, yang kemudian berganti nama menjadi TKR, yang kemudian berganti lagi menjadi TRI, dan kemudian sekarang beralih nama menjadi TNI.
Karirnya mulai dengan pangkat Letnan Satu kemudian naik menjadi Kapten dan komamndan Komandan Kompi.
Pada saat menjadi Komandan itulah beliau menamakan pasukan yang dipipmpinnya dengan Pasukan Setan.

Setelah perang kemerdekaan usai dan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indoesia, M.A Sentot naik pangkatnya menjadi Mayor sebagai Komandan Batalyon A Divisi Siliwangi.
Kemudian M.A Sentot menjadi Komandan Detasemen Subsistensi KMKB Bandung di tahun 1951, menjadi Staf TT III Siliwangi di tahun1957, Siswa SSKAD di tahun 1957 dan ditahun yang sama naik pangkatnya menjadi Letkol.

Setelah menamatkan pendidikan di SSKAD beliau ditempatkan di Kalimantan Selatan, menjadi Komandan Batalyon 604 di Kotabaru Kalimantan Selatan, kemudian menjabat Irtepe Koanda Kalimantan, Asisten II Deyah Koanda dan pernah mewakili Kepala Staf Deyah Koanda.

Pada 1961 dia dipindah tugaskan dan ditempatkan sebagai Pamen SUAD III Mabesad di Jakarta, 1963 ditugaskan di Operasi Karya menjabat Asisten III dan pada  1966 dipindahkan kembali ke Mabesad dan pada1969 pangkatnya naik menjadi Kolonel, pensiun tahun 1980 dengan pangkat terakhir Kolonel.

Setelah pensiun M.A Sentot kembali hidup bersama masyarakat dan tinggal di Desa Bugel, Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu. Beliau wafat tanggal 6 Oktober 2001 dan karena jasanya sebagai pahlawan kemerdekaan beliau kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung. Kini nama MA Sentot di Indramayu diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Militer yang terletak di Patrol Indramayu.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar