--> Skip to main content
×

Rahasia Dibalik Kemaluan Kendedes Yang Bersinar

Ken Dedes pada mulanya adalah gadis ayu yang lugu, merupakan anak seorang pendeta di Panawijen, ia diculik oleh Tunggul Ametung yang kala itu menjabat sebagai Akuwu di Tumapel, ia dikiwaninya secara paksa.
Sebagai anak seorang Pendeta Suci, tentunya sejak kecil Ken Dedes sudah dibentengi oleh mantra-matra kedewaan serta mewarisi darah ayahnya yang ajaib. Dari kelebihan yang diwarisi dari ayahnya itu ia kemudian menjadi seorang wanita Nareswari.
Wanita yang akan membawa keberuntungan sekaligus kebuntungan bagi siapa saja yang mengawininya, perempuan jenis ini sulit dijebol, sebab kemaluannya memancarkan sinar ajaib, hanya laki-laki tangguh pemilik ilmu kesejatian sajalah yang mampu menerobosnya.
Suatu waktu Ken Arok yang nama aslinya “Temon” itu mengadukan penglihatan anehnya kepada Pendeta Lhogawe, dalam pengaduannya ia mengungkapkan, pada saat ia di taman Baboji, ketika Ken Dedes  turun dari kereta, kainnya tersingkap, terbuka jelas hingga paha, kemaluan Ken Dedes rupanya terlihat jelas oleh Ken Arok, hal ini tentu wajar sebab pada tahun-tahun itu belum tercipta celana dalam yang memadai.
Dalam penglihatannya, Ken Arok yakin bahwa Rahasia kemaluan Ken Dedes Yang bersinar, bahkan kilauannya menyilauan Ken Arok, Pendeta Lhogawe mengabarkan bahwa “itu adalah tanda bahwa Ken Dedes adalah wanita Nareswari”, sang pendeta pun meneruskan bahwa “Betatapaun sengsaranya maka laki-laki yang mengawininya akan menjadi Raja Besar”.

Peristiwa memancarnya sinar dari kemaluan Ken Dedes yang menyilaukan mata Ken Arok ini kelak menjadi pemantik petaka di Jawa.
Tunggul Ametung Terbunuh, bahkan Kerajaan Kediri, Kerajaan yang tershor kemakmurannnya di seantero jagat itu runtuh karena ambisi besar Ken Arok yang dipengaruhi tafsir Pendeta Lhogawe setelah sebelumnya melihat kemaluan Ken Dedes yang bersinar.

Kisah mengenai bersinarnya kemaluan Ken Dedes ini dibahas dalam Tafsir Sejarah Negarakertagama Karya Slamet Muljana (2009;93-94), dimana didalamnya mengisyaratkan bahwa petaka yang timbul di Tuampel, Kediri, maupun petaka-petaka yang menyebabkan terbunuhnya Ken Arok serta terbunuhnya ketujuh keturunanya bukan karena kutuk Keris Empu Gandring semata, melainkan juga karena kilauan kemaluan Ken Dedes yang bersinar.


Tampak Masih Menggunakan Pakean Sebagaimana Yang Terpatri Dalam Pahatan Arca Candi BRDalam sejarah sebagaimana yang dituturkan dalam Negarakertagama, Pararaton maupun buku-buku sejarah yang resmi diajarkan disebutkan bahwa, mula-mula Ken Arok menjadi seorang Raja Besar di Jawa dimulai setelah ia dapat menjadi Akuwu di Tumapel setelah sebelumnya membunuh Tunggul Ametung.

Jabatan Akuwu yang diemban Ken Arok kemudian menjadi modalnya untuk memberontak ke Kediri, dengan dukungan para Brahmana dan Pendeta Budha Ken Arok rupanya kemudian dapat menaklukan Kerajaan Kediri, yang kala itu di Rajai oleh Prabu Kertajaya, adanya dukungan dari para Brahmana dan Pendeta terhadapnya ini dikerenakan Raja Kertajaya sudah dianggap sesat oleh Para Brahmana dan Pendeta Budha karena mengaku sebagai tuhan, Raja ini dianggap seperti Firaun Jaman Nabi Musa yang juga mengaku tuhan.

Perlu dipahami bahwa ambisi Ken Arok dalam mencapai cita-citanya ini merupakan petaka bagi orang-orang yang berhadapan dengannya, maupun bagi dirinya sendiri.
Nafsu Ken Arok untuk memiliki Ken Dedes berbuah pada pembunuhan terhadap Tunggul Ametung, Nafsu Ken Arok yang ingin menjadi seorang Raja besar juga tentu menyebabkan Petaka Bagi Kediri dan rakyatnya, bahkan wafatnya Ken Arok sendiri adalah buah dari Nafsunya, sebab ia sendiri dibunuh oleh Anak Tunggul Ametung.

Bahwa intinya, selepas Ken Arok melihat kemaluan Ken Dedes yang bercahaya maka setelahnya Petaka kemudian terjadi, meskipun Petaka itu baru muncul belakangan setelah ia mendapatkan berbagai keberuntungan.
Kutuk dari tafsir Pendeta Logawe yang mengisyaratkan akan timbulnya sengsara maha dahsyat dari orang-orang yang mengawini wanita Nareswari ini nyatanya tidak dipedulikan Ken Arok, ia rela menerima kutuk itu, asal ia menjadi Raja Besar, sebab menjadi seorang Raja Besar yang mewarisi wilayah Kediri yang luas itu merupakan keberuntungan yang jarang dimiliki oleh siapapun.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar